[Series] The Boy Next Door – Chap.3

The Boy Next Door

Chapter 3
Author : Caesar
Judul : The Boy Next Door
Genre : Romance, comedy.
Cast : Seohyun SNSD ǀ Luhan EXOǀ Other member SNSD & EXOǀ
Happy Reading

PLEASE DON’T BE PLAGIARISM, RCL PLEASE^^

“Kakek, perkenalkan ini Seohyun, dia adalah yeojachinguku.”

SEOHYUN
Aku masih saja tidak percaya, ini seperti mimpi buruk. Berulang kali Aku berpikir, dan semakin Aku berpikir, semuanya menjadi semakin tidak masuk akal. Kejadian akhir – akhir ini mengejutkanku, seperti saat ini. Tiga bulan lalu Aku masih menjalani hidupku yang biasa – biasa saja. Tiga bulan lalu, jika ada yang mengatakan padaku, ‘Ya Seo Joohyun, tiga bulan lagi kau akan mempunyai seorang namjachingu.’ Kuyakin Aku akan menertawakan orang itu.

Tapi, meski Aku ingin sekali menyangkalnya, itulah yang terjadi. Okay, garis bawahi kata ‘Namjachingu.’ Sebenarnya saat ini Aku mempunyai kekasih, tetapi bukan kekasih seperti apa yang ada di pikiran kalian, dia hanya kekasih pura – puraku.

Bagaimana itu bisa terjadi? Aku sendiri masih bertanya – tanya bagaimana itu bisa terjadi?? Yang kutahu, Aku sepakat menjadi kekasih pura – pura Luhan agar dia tidak dijodohkan oleh keluarganya. Dan sebagai gantinya, dia mau membantuku menjadi bahan riset untuk novelku selanjutnya.

Awalnya, Aku pikir akan mudah, sebelum Aku bertemu dengan ibu Luhan. Ibunya sangat baik sekali, membuatku merasa bersalah karena telah berbohong. Rasa bersalah itu membuatku ingin mundur dari kesepakatan itu. Tapi Luhan memohon padaku, katanya hanya untuk tiga bulan, hingga keluarganya akan lupa tentang gagasan menjodohkan Luhan.

Tentu saja, Aku sendiri merasa ragu keluarganya akan melupakan gagasan itu. Tapi Aku tidak berdaya menolaknya, lagipula Yoona dan Sehun pun mendukungnya.

Pagi ini Aku bangun lebih awal daripada biasanya, sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan pagi ini. Aku terbangun bahkan saat matahari belum muncul kemudian tidak bisa memejamkan mataku kembali. Akhirnya, Ku putuskan bangun dan pergi mandi.

Ketika matahari mulai keluar dari peradabannya, kubuka jendela untuk membiarkan udara pagi yang sejuk, masuk ke dalam Apartementku. Menyetel musik yang berirama up beat membuatku merasa bersemangat. Sembari bergumam pelan, menyanyikan lirik lagu, Aku beranjak ke dapur bersiap memasak sarapan untukku.

Tidak banyak yang tersedia di dalam kulkasku, yah Aku jarang memasak. Aku memakan sarapanku dalam diam, sambil meresapi hangatnya sinar mentari yang masuk melewati jendela.

Klek, pintu apartementku terbuka, Aku tidak perlu menengok untuk memerikasanya, karena Aku tahu siapa yang masuk ke dalam Apartementku.

“Bangunkan Aku satu jam lagi, oh?” Kata Luhan, begitu dia masuk ke dalam Apartement dan menghilang di balik sofa.

Aku hanya bisa mendesah, kalian jangan heran, sejak kami sepakat untuk berpura – pura pacaran, Luhan mulai menginvansi rumahku, menyebalkan sekali. Pernah sekali Aku mengganti password pintuku, tebak apa yang dia lakukan. Dia menggedor – gedor pintuku! membuat seluruh tetangga yang berada satu lantai denganku berteriak protes.

Pokoknya hidupku mendadak berubah menjadi ramai, terkadang Aku merindukan hari – hari tenangku.

 

LUHAN

Tidurku dibangunkan oleh suara jari – jari tangan yang mengetik. Dengan malas Aku membuka mataku. Pemandangan pertama yang kulihat adalah Seohyun yang sedang mengetik di laptopnya, ia duduk di bawah, dengan laptop di meja tepat menghadapku yang tidur di atasa sofa. Dia masih belum sadar jika Aku sudah bangun, cukup lama Aku memandang wajahnya yang lucu ketika dia sedang serius terhadap sesuatu.

Rambutnya diikat ekor kuda seperti biasa, tidak ketinggalan ia pun memakai kacamata yang melorot di hidungnya. Aku sungguh ingin membuang kacamata jelek itu. Dia mengangkat pandangannya dari depan laptop.

“Sudah berapa lama Kau bangun?”

“Baru saja.”

Aku menguap lebar, dan meregangkan badanku.

“Kenapa lagi kali ini?”

“Seperti biasa.”

Yep, entah sejak kapan Aku mulai merasa dekat dan nyaman dengan Seohyun, rumahnya sudah seperti rumahku sendiri. Bahkan Aku lebih sering menghabiskan waktu di sini dibandingkan di rumahku sendiri.

“Aku butuh privasi Kau tahu?”

“Wae? Aku kan tidak melakukan apa – apa yang mengganggumu.”

“Kehadiranmulah yang menggangguku Lu.”

“Kenapa? Apa Kau gugup jika ada Aku?” Kataku, tidak kuasa untuk menggodanya.

“Aku seharusnya sudah tahu berbicara denganmu tidak akan berhasil” Semburat merah menghiasi wajahnya, Seohyun selalu gampang memerah. Dia bangun dari duduknya kemudian berjalan ke dapur, Aku sendiri mengekor di belakangnya.

“Kenapa Kau tidak putuskan saja, eng. . .siapa nama yeoja itu?”

“Hae soo.” Jawabku santai.

“Yah siapa pun dia, putuskan saja dia. Jadi kau tidak harus terus menerus mengungsi di tempatku begini.”

“Aku dan dia tidak ada hubungan apa – apa, jadi bagaimana Aku akan memutuskannya?” godaku tersenyum geli, sungguh Aku menemukan hal menarik akhir – akhir ini, menggoda Seohyun yang lucu jika terlihat sedang kesal.

Dia menghembuskan nafasnya keras, “Lalu untuk apa dia selalu datang ke apartementmu?”

“Kau terlalu polos.” Kataku, yang membuatku dihadiahi tatapan membunuh olehnya, “Hubungan yeoja dan namja tidak selalu berpacaran kau tahu.”

“Jadi kau sebut apa hubunganmu itu?”

Aku berpikir hanya untuk membuatnya kesal, “Yah hanya untuk bersenang – senang saja.” Jawabku enteng.

Sebenarnya, akhir – akhir ini Aku tidak begitu tertarik dengan yeoja – yeoja yang selama ini berhubungan denganku. Aku selalu menolak jika mereka meneleponku untuk mengajakku keluar. Aku kehilangan minat akan mereka. Tapi diantara mereka Hae soo lah yang paling keras kepala, Aku sudah berulang kali memberi tahunya bahwa, Aku tidak ingin melakukannya lagi dengan dirinya.

Rupanya tidak semudah itu melepaskan diri dari Hae soo, Aku pikir kami berdua sama – sama tahu hubungan kami hanya untuk bersenang – senang, yang bisa berakhir jika kami sudah merasa bosan. Toh kami bisa tetap berhubungan baik dengan berteman.

Aku tidak pernah menyangka jika Hae soo tipikal wanita penuntut, dia terus saja menggangguku dengan selalu datang ke rumahku. Dia selalu mengancam jika tidak membiarkannya masuk, dia akan teriak bahwa Aku telah menyakitinya supaya tetanggaku dengar. Dia gila kan? Aku pun menyesal pernah mengenalnya, jadilah Aku tidak punya pilihan selain membiarkannya masuk ke dalam apartementku. Itulah alasan, mengapa setiap pagi Aku selalu mengungsi ke tempat Seohyun.

“Aku bisa ketularan gila, jika Aku berbicara denganmu.” Katanya kembali ke depan laptop.

“Kalau begitu bantu Aku sekali lagi.”

“Shireo!”

“Ya Seohyun-ah, Aku sudah mulai lelah dengan Hae soo.”

“Jangan libatkan Aku dalam hubunganmu itu.”

“Bagaimana kalau Aku memberikanmu voucher gratis Earl?”

“Kau pikir Aku akan tertarik?”
“Bagaimana kalau Aku membelikanmu tiket konser one direction.”

Dia menengadah menatapku, matanya membulat. Bukan rahasia lagi dia penggemar vocal grup asal Inggris itu. Dari penampilannya yang biasa saja, rupanya dia tetap seorang yeoja yang tertarik dengan vocal grup yang tampan – tampan itu.

“Bagaimana kau bisa? Tiketnya sudah habis terjual saat Aku membelinya.” Matanya membulat penuh antisipasi.

“Temankulah promotor yang mengadakan konsernya di sini.”

“Jinjja??? Jadi kau bisa mendapatkan tiketnya?”

“Tentu saja, Aku hanya tinggal meneleponnya dan tiket sudah pasti di tanganku.”

“Jinjja ya? Wah Lu Aku mau tiketnya, Aku akan membayarmu berapa pun biayanya.”

Aku tersenyum evil, “Itu soal gampang, asalkan Kau mau membantuku.”

Senyum hilang dari wajahnya, “Shireo, Aku tidak mau.”

“Well, terserah kau saja, itu berarti tidak ada tiket.”

Dia mulai bimbang, Seohyun nampak berpikir keras, dahinya berkerut saat menatapku, “Hmmm Kau curang.”

“Oh no, ini fair kan?”

“Yah, baiklah Aku akan membantumu, tapi jika Aku yakin kau tidak akan melanggar janji.”

“Kuhubungi temanku saat ini supaya kau yakin.”

Aku menelepon temanku di hadapan Seohyun supaya dia percaya. Saat Aku menutup telepon, dia menatapku penuh antisipasi.

“Bagaimana oh? Kau dapat tiketnya kan?”

“Tentu saja, Aku mendapatkannya untuk kita.”

Seohyun melonjak kegirangan, “Kyaaaaa, Jinjja? Hore Aku bisa menonton 1D” teriakannya berhenti, “Eh, tunggu. . .”

“Wae?”

“Kau tadi menyebut ‘kita’?”

“Oh. . .”

“Kau tidak bermaksud Aku dan Kau menonton konser itu kan?”

Senyum jail kembali merekah di bibirku, Aku sengaja mendekatkan wajahku hingga berjarak beberapa senti dari wajahnya yang sontak membuatnya memerah, “Tentu saja, itu berarti Aku dan Kau.”

Dia mendorong tubuhku, membuatku sedikit terhuyung, Seohyun terlihat semerah udang rebus. Dia mengipas – ngipasi wajahnya yang merah.

“Ya, Aku tidak mau menonton dengan dirimu.”

“Terserah Kau, pilihan ada pada dirimu.”

Dia diam berpikir, Aku bisa membaca pikirannya dari raut wajahnya itu.

“Kau menyebalkan, Lu Han!” katanya.

“Jadi Kau sepakat kan akan membantuku?”

“Apakah Aku punya pilihan lain?” sindirnya.

“Sayangnya, tidak.”

“Jadi, sebutkan rencanamu itu.”

“Sangat mudah, Kau hanya harus berpura – pura jadi yeojachinguku.”

“Lagi?!”

“Oh, gampang kan?”

“Shireo! Aku tidak mau berbohong lagi!” Katanya, “Aku sudah cukup dihantui dosa, karena membohongi keluargamu.” Imbuhnya, “Tidak Lu, Aku tidak ingin menambah dosaku.”

“Oh ayolah, kau kan sudah berjanji.”

Dia diam lagi, kembali menimbang – nimbang semuanya.

“Jaebal, Seohyun-ah.”

“Ayolah bantu Aku.”

“Arraseo, jinjja.”

“Jinjja?”

“Oh, Kau puas?” kesalnya.

Aku tertawa, mengacak – acak rambutnya.

“Ya!!” teriaknya protes.
***

 

SEOHYUN
Masih terlintas dalam bayanganku, wajah gadis bernama Hae soo itu. Bagaimana ia menatapku terluka, saat Luhan memberi tahunya bahwa dia sudah mempunyai yeojachingu.

“Berhentilah menggangguku, Hae soo-ah.” Kata Luhan.

“Mengapa Lu?”

“Kau lihat Aku sekarang sudah mempunyai yeojachingu.”

Gadis itu melirikku tajam, “Mwo?! Kau pikir Aku akan percaya?!”

“Terserah Kau, yang jelas keluargaku pun tahu Seohyun ini kekasihku.” Ucap Luhan telak.

“Wae!!” suaranya meninggi, “Kau selalu menolakku, ketika Aku mengajakmu berpcaran.”

“Mian Hae soo-ah, kumohon tidak usah diperumit lagi” Ucap Luhan, “Aku hanya minta Kau berhenti datang ke rumahku, toh kita masih bisa berteman.”

“Aku pikir Aku berbeda dengan gadis – gadis yang selama ini kau kencani!!” Kata gadis itu, “Ternyata Aku sama saja dengan mereka.”

Jinjja, Aku sungguh tidak tega melihat gadis itu mulai beruraian air mata, dia menatapku nanar membuatku merasa ciut. Aku melirik Luhan di sebelahku. Ya, bagaimana bisa dia sedingin itu, dia bahkan tidak tergerak sedikitpun melihat gadis di depannya menangis untuk dirinya. Kau harus berhati – hati menjaga perasaanmu Seo Joohyun.

“Mian. .” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Luhan. Kata yang membuatnya mendapat tamparan keras.

“Kau lebih baik berhati – hati sebelum dia menghancurkan hatimu.” Ucap gadis itu padaku.

Gadis itu pergi meninggalkan kami dengan tatapan terluka yang membekas di hatiku.

Memikirkan kejadian itu membuat inspirasiku buyar. Aku mengerang kesal, sudah setengah jam, tapi tidak ada yang kuhasilkan selain melamun di depan laptopku.

Aku sedikit penasaran mengapa Luhan menjadi laki – laki seperti itu. Dia terlihat seperti laki – laki yang tidak mempunyai hati. Dia pasti mempunyai masa lalu yang membuatnya seperti itu.

Rasa penasaranku tidak terbendung, itu sungguh sifat jelek yang tidak bisa hilang dariku. Kuputuskan menelepon Yoona eonni.

“Yoboseo, Seohyun-ah”

“Ne, eonni ada dimana?”

“Di Earl, kenapa?”

“Oh, Apakah disana ada Luhan?”

“Tidak, dia tadi ke sini, tapi dia sudah pergi, wae?”

“Ah tidak, eng ada hal yang ingin kutanyakan padamu.”

“Oh Jinjja, ada apa?”

“Eng, tidak enak mengobrol lewat telepon, Apa Aku tidak mengganggu kalau Aku kesana?”

“Ya tidak apa – apa, ke sini saja.”

“Baiklah eonni, gomawo.”

“Oh. . .”
Setelah menutup telepon, kuraih dompet dan segera pergi ke Earl.

Ketika Aku masuk ke dalam Earl, Yoona eonni melambaikan tangan padaku. Beberapa pelayan menyapaku, yah sejak Aku menjadi kekasih pura – pura Luhan, Aku sering datang kemari.

“Maaf membuatmu menunggu eonni.”

“Gwenchana.” Kata Yoona, “Ada apa Seohyun-ah.”

“Eng, begini eonni Aku ingin menanyakan sesuatu tentang Luhan.”

“Oh tanyakan saja padaku.”

Aku menimbang sejenak sebelum melanjutkan, “Eonni, dan Sehun Oppa sudah mengenal Luhan sejak kecil kan?”

Aku ingat mereka bertiga seumuran, meskipun Aku memanggil Sehun dengan sebutan Oppa, tapi Aku sudah terbiasa memanggil Luhan dengan namanya, rasanya aneh memanggil dia dengan Oppa.

“Benar, wae?”

“Eng, Aku hanya penarasan mengapa Luhan seperti itu.”

“Maksudnya?”

Aku berdeham, “Eng, Eonni tahu, sifat playboy nya itu.”

Yoona terlihat mendesah, dia pun terlihat pasrah mendengarnya, “Itu memang benar.”

“Maafkan Aku eon, Aku hanya sedikit merasa penasaran, Apa yang membuatnya seperti itu.”

Dia terlihat berat untuk bercerita.

“Tapi jika eonni keberatan untuk bercerita, tidak apa – apa eon, Aku mengerti” Kataku tersenyum untuk menenangkan.

“Eng, Aku tidak tahu Aku berhak menceritakannya padamu atau tidak.” Wajah Yoona kini terlihat serius, membuatku berpikir ini pasti masalah yang serius juga.

Aku menunggu Yoona melanjutkan.

“Ini adalah rahasia Luhan, bahkan Aku dan Sehun pun tidak pernah membahasnya lagi untuk menjaga perasaan Luhan.”

“Ah kalau begitu mianhe eonni, jika seperti itu tidak usah saja.” Kataku merasa bersalah, “Maafkan sikap ingin tahuku ini eonni.”

“Tidak Seohyun-ah, kupikir Aku harus menceritakannya padamu.” Imbuhnya, “Lagipula tidak ada orang lain selain kau yang bisa kupercayai soal ini.”

“Gomawo eonni.”

Dia menghela nafas sejenak, “Kejadiannya saat kami masih di sekolah menengah.” Yoona mulai bercerita.

“Luhan, jatuh cinta pada guru privatnya.”

“Ne?”

“Baginya itu adalah cinta pertamanya.” Lanjutnya, “Yeoja itu lima tahun lebih tua dari kami.”

Aku mengangguk – angguk mengerti, Yah Kau tahu cinta tidak bisa memilih kan.

“Aku tidak bisa menyalahkan Luhan, orang tua Luhan selalu sibuk dengan bisnisnya, bisa dibilang yeoja itu yang selalu memberi perhatian padanya.”

“Lalu apa yang terjadi eon?”

“Malangnya, gadis itu sudah mempunyai kekasih, dan dia hanya menganggap Luhan selayaknya adik.”
Entah mengapa Aku merasakan kesedihan untuk Luhan, pasti menyakitkan sekali.

“Singkatnya, gadis itu menikah dengan kekasihnya yang membuat Luhan patah hati.” Yoona menghembuskan nafas panjang, pandangannya menerawang, mungkin memikirkan kembali saat itu.

“Sejak saat itu, Luhan berubah dia berjanji untuk tidak pernah jatuh cinta lagi, Kau tahu kan Aku pernah menjadi yeojachingunya.”

Aku mengangguk, memang Yoona sudah pernah menceritakannya padaku.

“Lalu, Apa menurut eonni dia masih mencintai gadis itu?”

“Soal itu, kupikir tidak, itu kejadian enam tahu lalu, lagipula Luhan pun pernah bertemu dengan yeoja itu dan suaminya, dia menyapa mereka seperti biasa.” Jawab Yoona, “Mungkin waktulah yang sudah menyembuhkannya.”

“Jadi seperti itu, sekarang Aku bisa mengerti kenapa dia bersikap begitu.”

 

“Dia hanya butuh waktu untuk mempercayakan hatinya untuk jatuh cinta lagi.” Yoona mengimbuhkan, “Aku dan Sehun tahu dia bersikap playboy karena takut jika dia akan tersakiti lagi Seohyun-ah.”

“Aku rasa begitu eon.”

“Pada dasarnya dia itu namja yang baik dan perhatian, dia hanya butuh menemukan Yeoja yang tepat, yang akan membuatnya jatuh cinta dan tidak menyakitinya.”

“Ne eon. . .”

“Sebenarnya Kuharap kalian benar – benar jadian.”

Wajahku kembali memerah, “Ne?”

“Wae? Mengapa kau memerah begitu? Jangan bilang Kau mulai suka padanya.”
Kini tidak hanya wajahku, rasanya leherku pun ikut memerah.

“Jinjja? Benarkan?”

“Yah, bukan suka eon, hanya saja. . .”

“Susah untuk menolak pesonanya kan?”

Aku mengangguk malu. Sejujurnya, meskipun sikap seenaknya sangat menyebalkan, Aku ini hanyalah gadis biasa. Jika namja setampan Luhan terus menerus ada di dekatmu, bagaimana dirimu tidak merasakan apa – apa?! Dan Aku tidak terbuat dari batu, kalian pasti tahu maksudku. Aku senormal manusia biasa.

Lama kami mengobrol hingga kulihat sudah satu jam lamanya.

“Eonni, sepertinya Aku harus pulang.” Kataku.

“Oh, Jinjja?”

“Ne, terimakasih eonni sudah mau mengobrol denganku.”

“Tidak usah sungkan.”

“Kalau begitu Aku pulang dulu.” Kataku, sembari melambai pada pelayan, untuk membawakan bill.

“Sudah tidak usah.” Yoona mencegah Aku membayar.

“Tapi. .”

“Aisshh Kau kan bukan orang lain.” Dia menyuruh pelayan pergi.

Aku tertawa, “Terimakasih eonni.”

“Oh.”

“Aku pamit, sampaikan salamku pada Sehun Oppa.”

“Maafkan dia, dia sedikit sibuk jadi tidak bisa menemuimu.”

“Ne gwenchana.”

Kemudian Aku berjalan keluar Earl ke arah halte di seberang jalan. Aku menunggu lampu untuk penyebrang jalan menyala hijau. Tidak banyak orang di jalanan ini. Saat Aku sedang melenggang berjalan melewati zebra cross, tiba – tiba sebuah mobil melaju kencang. Tubuhku membeku, lupa untuk bereaksi. Aku bisa merasakan waktu berhenti saat ini, dan udara serasa meninggalkan paru – paruku.

Bunyi decitan ban yang memekakkan telinga diiringi teriakan, yang baru kusadari berasal dari mulutku, menggema di udara.

CIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.

Kelopak mataku menutup keras, menunggu datangnya rasa sakit. Tapi, saat bunyi decitan mobil berhenti, Aku tidak merasakan apa pun. Perlahan aku membuka mata dan menyadari Aku masih berdiri di tempat Aku berdiri sebelumnya. Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti hanya beberapa senti saja dari tubuhku.

Rasanya kedua kakiku ini tidak kuasa menopang tubuhku, mereka berubah selemas agar – agar.

Aku jatuh terduduk.

“Apakah Kau tidak apa – apa?”

Kutengadahkan kepalaku, mencari si pemilik suara. Seorang namja yang sangat tampan berdiri menjulang tinggi di hadapanku, bayangan sinar matahari memantul di belakangnya.

“Ya Tuhan apa dia malaikat?” bisikku dalam hati.

“Nona apa Kau tidak apa – apa?” Tanya namja itu lagi, wajahnya berkerut khawatir.

“N. . ne?” Jawabku, masih merasa linglung dengan apa yang terjadi.

“SEOHYUN-AH. . .” Yoona terlihat berlari diikuti Sehun dan beberapa pelayan.

-To Be Continue-

 

 

P.s : Update cepet chap ini, semoga tidak kecewa dengan ceritanya. Sebelumnya Author nggak berencana menceritakan masalalu Luhan waktu pertama ide ff ini muncul. Tapi Author pikir harus ada yang melatar belakangi kenapa Luhan bersikap seperti itu. Dan spontanitas Author muncul lagi di akhir chap 3 ini, Author berpikir nambahin cast Namja yang bakal bikin hati Seohyun bimbang, hehe. Semoga kalian menikmati baca ff ini. Seperti biasa, komentar, kritik, dan masukan selalu Author tunggu untuk kemajuan Author dan ff ini. Deep bow, terimakasih banyak^^.

9 thoughts on “[Series] The Boy Next Door – Chap.3

  1. Jo In Sung aja eon. Haha. Tinggi seperti malaikat. Hihihihi. Mentang2 ada nama Hee Soo disini jadi inget Jo In Sung.
    Sip.! Lanjut kan Authornim. Makin seru ini. Next lebih panjang lagi yah. Hehehe.
    Gomawo.

  2. Waaaa aku suka bgt fanfic ini, rasa nya jd lbh seru dari fanfic “that summer”, hehehe. Ff ini mirip novel kesukaan aku, tokoh utama nya bertetangga di sebuah apartemen, jd bikin gregetan >.< request cepetan update sm panjangin chapter thor, biar makin gereget ❤

Leave a reply to sjh0628 Cancel reply